BSMI Sambut Dokter Palestina Penerima Beasiswa dan Rawat Anak Gaza Korban Serangan
by bsmi / 19 Oct, 2025
JAKARTA – Dalam suasana penuh rasa syukur, Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menggelar acara syukuran dan silaturahmi atas kedatangan para tamu spesial dari Palestina.
BSMI menyambut dr. Reema, dokter Palestina penerima beasiswa BSMI yang akan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Brawijaya.
BSMI juga menyambut Jamal, anak Gaza yang mengalami luka bakar berat akibat serangan di rumahnya, Gaza, Palestina yang akan menjalani perawatan di Jakarta.
Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) BSMI, Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari kerja kemanusiaan dan solidaritas lintas bangsa.
“BSMI tidak hanya mengirim bantuan ke Gaza, tetapi juga berkomitmen membangun masa depan Palestina melalui pendidikan dan layanan kesehatan. Program beasiswa bagi dokter Palestina adalah investasi kemanusiaan jangka panjang,” ujar Prof. Basuki.
Acara ini, papar dia, menjadi momentum penuh makna yang mempererat persaudaraan antara bangsa Indonesia dan Palestina, sekaligus menegaskan komitmen BSMI dalam mendukung perjuangan kemanusiaan global.
Salah satu penerima beasiswa tersebut adalah dr. Reema yang akan melanjutkan pendidikan spesialis kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang. Prof. Basuki menegaskan, pendidikan ini diharapkan melahirkan tenaga medis unggul yang nantinya akan kembali mengabdi di tanah kelahirannya, Palestina.
“Kita ingin para dokter muda Palestina ini menjadi agen perubahan di negerinya. Mereka tidak hanya membawa ilmu, tetapi juga semangat kemanusiaan dan persaudaraan yang telah tumbuh di Indonesia,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, BSMI juga menghadirkan Jamal, anak dari dr. Muhammad Shabat (rahimahullah), salah satu dokter Palestina penerima beasiswa BSMI di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta yang gugur (syahid) akibat serangan di Gaza. Jamal kini dirawat oleh BSMI di Jakarta setelah menderita luka bakar berat dalam serangan yang menewaskan seluruh keluarganya.
“BSMI merasa memiliki tanggung jawab moral untuk merawat Jamal. Ia bukan sekadar anak korban perang, tapi simbol harapan baru bagi generasi Gaza,” tutur Prof. Basuki.
Turut hadir dalam acara tersebut Ibu Izdihar, ibunda almarhum dr. Muhammad, serta Ibu Shaymaa A. A. Yasin Amira, istri dari dr. Ahmed, dokter Palestina yang kini menempuh pendidikan spesialis bedah saraf di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Hadir pula Ibu Amira A. R. Alsawafiri Intisar, mertua dr. Ahmed.
Acara syukuran ini juga menjadi momentum untuk menyampaikan rasa syukur atas gencatan senjata di Gaza yang diharapkan menjadi awal menuju kemerdekaan Palestina secara penuh. Dalam suasana haru, seluruh hadirin memanjatkan doa bagi para syuhada dan keluarga korban, serta bagi kedamaian abadi di bumi Palestina.
“Selama masih ada nurani, kita tidak akan berhenti berbuat untuk kemanusiaan. Gaza adalah luka dunia, dan setiap langkah kecil kita untuk mereka adalah bagian dari penyembuhan itu," tutup Prof Basuki.
BSMI menyambut dr. Reema, dokter Palestina penerima beasiswa BSMI yang akan mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Brawijaya.
BSMI juga menyambut Jamal, anak Gaza yang mengalami luka bakar berat akibat serangan di rumahnya, Gaza, Palestina yang akan menjalani perawatan di Jakarta.
Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) BSMI, Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, Sp.OT, FICS, MARS, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata dari kerja kemanusiaan dan solidaritas lintas bangsa.
“BSMI tidak hanya mengirim bantuan ke Gaza, tetapi juga berkomitmen membangun masa depan Palestina melalui pendidikan dan layanan kesehatan. Program beasiswa bagi dokter Palestina adalah investasi kemanusiaan jangka panjang,” ujar Prof. Basuki.
Acara ini, papar dia, menjadi momentum penuh makna yang mempererat persaudaraan antara bangsa Indonesia dan Palestina, sekaligus menegaskan komitmen BSMI dalam mendukung perjuangan kemanusiaan global.
Salah satu penerima beasiswa tersebut adalah dr. Reema yang akan melanjutkan pendidikan spesialis kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang. Prof. Basuki menegaskan, pendidikan ini diharapkan melahirkan tenaga medis unggul yang nantinya akan kembali mengabdi di tanah kelahirannya, Palestina.
“Kita ingin para dokter muda Palestina ini menjadi agen perubahan di negerinya. Mereka tidak hanya membawa ilmu, tetapi juga semangat kemanusiaan dan persaudaraan yang telah tumbuh di Indonesia,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, BSMI juga menghadirkan Jamal, anak dari dr. Muhammad Shabat (rahimahullah), salah satu dokter Palestina penerima beasiswa BSMI di Fakultas Kedokteran UIN Jakarta yang gugur (syahid) akibat serangan di Gaza. Jamal kini dirawat oleh BSMI di Jakarta setelah menderita luka bakar berat dalam serangan yang menewaskan seluruh keluarganya.
“BSMI merasa memiliki tanggung jawab moral untuk merawat Jamal. Ia bukan sekadar anak korban perang, tapi simbol harapan baru bagi generasi Gaza,” tutur Prof. Basuki.
Turut hadir dalam acara tersebut Ibu Izdihar, ibunda almarhum dr. Muhammad, serta Ibu Shaymaa A. A. Yasin Amira, istri dari dr. Ahmed, dokter Palestina yang kini menempuh pendidikan spesialis bedah saraf di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Hadir pula Ibu Amira A. R. Alsawafiri Intisar, mertua dr. Ahmed.
Acara syukuran ini juga menjadi momentum untuk menyampaikan rasa syukur atas gencatan senjata di Gaza yang diharapkan menjadi awal menuju kemerdekaan Palestina secara penuh. Dalam suasana haru, seluruh hadirin memanjatkan doa bagi para syuhada dan keluarga korban, serta bagi kedamaian abadi di bumi Palestina.
“Selama masih ada nurani, kita tidak akan berhenti berbuat untuk kemanusiaan. Gaza adalah luka dunia, dan setiap langkah kecil kita untuk mereka adalah bagian dari penyembuhan itu," tutup Prof Basuki.